Profil PPS YAI

PUSAT PELAYANAN SOSIAL (PPS) BINA ANAK SEJAHTERA BOYOLALI


1. PPS Bina Anak Sejahtera Boyolali

Pusat Pelayanan Sosial (PPS) Bina Anak Sejahtera merupakan salah satu pilot projek yang ingin dikembangkan oleh Yayasan Anak Indonesia. Proyek tersebut merupakan pembaharuan dari proyek lama yang bernama Marsudisiwi. PPS Bina Anak Sejahtera melayani anak-anak miskin di wilayah pedesaan, tepatnya di Desa Sampetan, Kecamatan Amper, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Di PPS ini YAI membantu 200 lebih anak miskin.

2. Potret Desa Sampetan

Desa Sampetan terletak Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Dari Jakarta perjalanan menuju wilayah tersebut dapat ditempuh dengan menggunakan Kereta Api, pesawat atau mobil. Jarak Yogyakarta sampai pusat kota Boyolali kurang lebih 65 km.. Sedangkan jarak Desa Sampetan dari kota kota Boyolali sekitar 35 Km. Perjalanan menuju Desa Sampetan dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor, maupun mobil, ke arah Salatiga atau Semarang. Perjalanan dengan menggunakan motor lebih mudah karena jalan menuju Desa Sampetan sempit dan cukup dilalui dengan satu mobil. Sekarang kondisi jalanan menuju Desa Sampetan sudah diaspal sehingga memudahkan transpotasi.

Desa tersebut terletak di sebelah timur lereng Gunung Merbabu dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan air laut. Udara di daerah tersebut seperti beberapa daerah lainnya di Kabupaten Boyolali cukup sejuk. Hal ini sangat mendukung sektor pertanian dan perkebunan, sebagai mata pencaharian utama masyarakat Desa Sampetan.

Luas Desa Sampetan mencapai 10,55 hektar. Di Desa tersebut terdapat 33 Dukuh, Jumlah KK di Desa tersebut mencapai 1500 KK. Data penduduk yang berhasil dikumpulkan oleh aparatur Desa menyebutkan bahwa jumlah penduduk Desa Sampetan mencapai 5600 Jiwa. Jumlah warga perempuan mencapai 1988 jiwa dan laki-laki mencapai 1957 jiwa. Jumlah anak-anak mencapai 865 jiwa dan anak Balita mencapai 600 jiwa.

Dimensi Sosial Ekonomi

Desa Sampetan merupakan daerah agraris khususnya untuk perkebunan palawija. Struktur tanahnya merupakan tanah miring / lereng sehingga lebih cocok untuk tanaman palawija dibandingkan tanaman padi. Sistem pengairan di daerah tersebut juga cukup sulit mengembangkan cocok tanam padi. Berbagai tanaman palawija tumbuh di Desa Sampetan seperti: Jagung, kacang-kacangan, umbi–umbian (Singkong, talas, kimpul, tanaman buah seperti adphokat, pisang, dan sayuran: cabe, labu, bayam, wortel, dll. Tanaman obat seperti jahe juga tumbuh di daerah tersebut, juga tanaman yang sifatnya tahunan: seperti cengkeh dan kopi. Daerah yang subur dan sejuk sangat petensial untuk pengembangan sistem pertanian dan peternakan. Bidang pertanian-perkebunan-dan peternakan merupakan bidang potensial untuk meningkatakan kesejahteraan warga masyarakat. Oleh karena itu, tidak heran bila mayoritas penduduk di desa sampetan bekerja sebagai petani, baik petani milik dengan lahan kurang dari 1 ha dan petani buruh/penggarap yang mengerjakan tanah milik orang lain dengan sistem bagi hasil. Namun, mereka mengalami keterbatasan modal. Selain bertani anak-aak muda desa tersebut pada umumnya memilih bekerja sebagai buruh atau karyawan pabrik atau buruh bangunan di beberapa kota seperti Semarang, Solo, Yogyakarta, dan kota Boyolali. Untuk meningkatkan pendapatan mereka, para petani juga memelihara ternak baik milik sendiri maupun dengan sistem “nggaduh” (memelihara ternak milik orang lain dengan cara bagi hasil). Dari sistem nggaduh ini para petani yang pada mulanya tidak memiliki ternak akhirnya dalam beberapa tahun saja memiliki ternak sendiri yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Namun pada umumnya, warga memelihara sapi dari luar Desa Sampetan.

Dimensi Sosio Kultural

Desa sampetan merupakan Desa yang sangat plural. Tiga agama besar: Islam, Budha, dan Kristiani hidup rukun dan damai secara berdampingan. Selain nampak dalam semangat toleransi dan kerjasama antar warga, di Desa Sampetan terdapat 7 Vihara, 9 Gereja, dan Masjid sebagai tempat peribadatan warga. Semangat gotong royong sebagai ciri khas panguyuban masyarakat desa masih sangat menonjol. Masyarakat masih memegang erat nilai-nilai tradisi dalam kultur keseharian hidup mereka. Kerjasama, kerja keras dan sikap tanpa pamrih, nrimo menjadi ciri khas mereka.

Dimensi Pendidikan

Pendidikan warga Desa Sampetan masih sangat rendah. Mayoritas warga hanya menyelesaikan pendidikan dasar. Banyak anak-anak Balita tidak mendapatkan akses untuk mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan masyarakat. Selain masalah dana, kondisi geografis yang saling berjauhan antara kampung merupakan kendala bagi anak-anak untuk mengikuti pendidikan. Orang tua juga tidak memiliki cukup waktu untuk mengantar dan menunggui anak-anaknya yang mengikuti program-program kegiatan pendidikan di desa tersebut. Mereka harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga mereka.

Di Desa Sampetan terdapat sarana pendidikan seperti: 4 TK, 2 TK Pertiwi, 1 TK MI, dan 1 TK Sion), serta 2 program PAUD yang diselenggarakan oleh proyek. Terdapat juga 2 SD negeri dan 1 MI dan terdapat 1 MTS (SMP). Untuk menunjang pendidikan anak proyek juga menyelenggarakan taman bacaan anak dan sanggar pendidikan anak untuk meningkatkan ketrampilan dalam menari.

Potensi Masyarakat

Masyarakat desa Sampetan merupakan masyarakat yang sangat inklusif/terbuka, mudah diajak kerjasama, kritis, ingin maju dan rela berkorban. Semangat kegotongroyongan di antara mereka masih sangat kuat. Sebagai daerah agraris desa Sampetan sangat potensial untuk mengembangkan pertanian dan perkebunan. Perternakan juga menjadi salah satu andalan warga untuk meningkatkan pendapatan warga. Tanah yang subur dan sumber daya alam yang melimpah khususnya hasil-hasil perkebunan merupakan modal warga bagi pengingkatan kesejahteraannya. Semangat kerjasama yang sangat kuat diantara warga merupakan kekuatan untuk mengembangkan program-program kegiatan yang mendukung kesejatehraan anak-anak beserta keluargannya.

3. Masalah Umum dan Peluang Pemberdayaan Masyarakat

Sebagai masyarakat yang hidup dari hasil pertanian masyarakat Desa Sampetan tidak memiliki dana yang cukup untuk meningkatkan usaha-usaha produktif khususnya dalam bidang pertanian dan peternakan. Pertenakan sapi merupakan salah satu dambaan warga untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan warga.

Lokasi geografis yang saling berjauhan menyulitkan warga untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh proyek. Apalagi mereka juga harus bekerja di ladang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Akhibatnya banyak anak-anak, khususnya di desa-desa yang sangat terpencil tidak memperoleh pelayanan pendidikan dan peningkatan gizi secara memadai. Pendidikan anak dan peningkatan gizi merupakan masalah utama yang dihadapi oleh anak-anak. Sementara itu program pendidikan yang ada juga mengalami keterbatasan dalam hal penyediaan fasilitas.

Kondisi sanitasi lingkungan khususnya penyediaan WC sehat juga merupakan kendala yang harus membutuhkan perhatian khusus dari donatur dan aparat desa setempat. Warga masih menggunakan jamban yang dibuat dengan cara menggali lubang di desa mereka. Kondisi ini sangat tidak sehat bagi kesehatan mereka.

Desa Sampetan merupakan desa yang sangat potensial khususnya dalam bidang pertanian, perkebunan,dan peternakan. Banyak hasil-hasil pertanian yang dapat diolah menjadi bahan makanan dijajajakan di wilayah tersebut. Namun antusiasme para ibu setempat untuk membentuk usaha kecil belum didukung oleh adanya peralatan dan fasilitas penunjangnya: seperti peralatan masak memasak. Usaha ini perlu didukung oleh adanya pembentukan kelompok khususnya di kalangan para ibu-ibu sehingga mereka mampu menjalankan usaha secara berkelanjutan.